Setidaknya ada dua titik istimewa di Kabupaten Kediri yang lekat dengan kiprah Sri Aji Joyoboyo. Pertama, Petilasan Sang Prabu di Desa Menang, Kecamatan Pagu yang juga dikenal sebagai Loka Muksa, kedua, Sendang Tirta Kamandanu, sebuah petilasan yang terletak hanya 500 meter dari tempat Loka Muksa. Keduanya memiliki nilai historis dan spiritual yang luar biasa.
Di Petilasan Sang Prabu Sri Aji Joyoboyo misalnya, kita selalu menemui orang-orang yang sengaja datang untuk berkontemplasi, berdoa kepada Sang Maha Kuasa. Mereka yang datang ke tempat ini tidak hanya berasal dari kediri dan sekitarnya, tapi juga masyarakat Jawa-Bali, bahkan ada pula yang datang dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura, dan India.
Di Petilasan yang terletak 10 kilometer dari Kota Kediri ini, kita bisa menemui bangunan suci Loka Muksa, sebuah bangunan yang terdiri dari lingga dan yoni, yang menyatu dengan sebuah manik ( batu bulat berlubang di bagian tengah yang menyerupai mata ). Secara keseluruhan, bangunan ini di kelilingi pagar beton bertulang yang dilengkapi tiga buah pintu. Konon, tiga pintu ini merepresentasi tingkat kehidupan kita yang lahir, dewasa, dan mati.
Sedangkan lingga dan yoni mengandung pengertian unsur-unsur hidup yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Lingga dan yoni juga menjadi simbol wadah (tempat) dan isi, lahir batin, raga dan jiwa, yang tampak dan tidak tampak.
Batu manik yang menyatukan lingga dan yoni menjadi simbol pengabdian luhur sang Prabu Joyoboyo. Dengan demikian, manik atau mata ini menjadi representasi kewaskitaan, keterpaduan antara sisi rasional dan irasional. Sedang lubang tembus artinya kemampuan untuk melihat jauh ke depan.
Seperti banyak di ulas di literasi sejarah, nama Joyoboyo memang lekat dengan imaji catatan dan ramalan.
0 komentar:
Posting Komentar